Foto: Ritual Adat Suku Dayak Bidayuh, di kompleks kampung Budaya Bolo Panggah Bupokat, Desa Jagoi Babang, Kec.Jagoi Babang Kab.Bengkayang Kalbar Jumat 3 Juni 2022 |
Sekadau Dermagafm.com- Para anggota Signis Indonesia yang baru saja selesai gelar sidang tahunan ke 48 di Wisma Santo Yohanes Paulus II Anjongan, pada bagian akhir acara yang disebut "exkursi" bersama Mgr. Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak, mengunjungi dan menyaksikan acara gawai suku Dayak Bidayuh di Kecamatan Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini, sekaligus menyaksikan peresmian Boli Panggah Bupokat Kampung budaya Bung Kupu'ak Dayak Bidayuh, oleh Bupati Bengkayang. Sebastianus Darwis SE, M.Si Jumat 3 Juni 2022.
Jagoi Babang adalah wilayah perbatasan Malaysia Indonesia yang saat ini sedang dibangun border atau wilayah lintas batas Malaysia dan Indonesia yang kalau sudah jadi akses menuju Khucing hanya ditempuh dalam waktu 1 jam setengah dari Jagoi Babang.
Hadir pada acara tersebut sejumlah pejabat pemerintah provinsi, Wakil Bupati, Ketua Tim penggerak PKK Kabupaten Bengkayang Ketua dan beberapa anggota DPRD, sejumlah OPD Kabupaten Bengkayang, seluruh tetua adat dan warga suku Dayak di Jagoi Babang dan sekitarnya.
Berikut komentar beberapa Pastor Anggota Signis:
Pastor Babey, Ketua Komisi Komunikasi Sosoal Denpasar Bali.
"Kami tidak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa Pesta Panen yang wow membuat kami merinding menyaksikan ritual adatnya. Saya alami dan saksikan secara pribadi di mana alamnya sangat mendukung, setelah acara inti yang kita saksikan tadi, langsung diguyur hujan kemudian setelah kita makan dalam rumah adat, hujan langsung berhenti ini karena berkat Tuhan Allah yang sangat luar biasa buat kita semua. Secara pribadi, tradisi ini sayang kalau kita abaikan, sebuah tradisi yang menyatukan banyak orang, bukan gawai biasa, tetapi menyatukan kita berbagai wilayah bahkan anggota Signis dari seluruh Indonesia hadir menyaksikan acara ini."
Pastor Renaldo, dari Komsos Keuskupan Agung Jakarta.
"Awalnya saya hanya menonton sebagai sebuah tontonan biasa, namun setelah bincang dengan salah satu tetua adat yang menjelaskan apa makna dari acara tersebut dimana ada para tetua adat orang tua tampil lebih dulu, diikuti oleh ibu-ibu dan yang lainnya, itu mempunyai makna tersendiri dan itulah cara bagaimana adat setempat dipertahankan oleh masyarakat supaya tidak tergerus oleh zaman. Bagi kaum milenial, perlu diingat, Indonesia lahir dari suku-suku dan kebudayaan yang begitu ragam walaupun hidup dalam dunia yang sangat canggih ini jangan lupa bahwa jangan lupa bahwa Indonesia itu lahir dari adat dari suku-suku yang ada di dalamnya, meskipun hidup dalam zaman modern jangan pernah lupa akan budayanya, karena itulah kekayaan kita, orang modern itu hampir ada di semua negara namun, upacara adat yang luar biasa ini, tidaklah banyak lagi, dan salah satunya ada di sini dan patut kita pertahankan."
Stefanus dari Komsos Bandung:
"Acaranya sangat luar biasa, beragam macam ritualnya dan harus dilestarikan Acaranya sangat meriah dan mengesankan dan ini adalah bentuk keberagaman kebudayaan Indonesia yang harus kita lestarikan kekayaan Indonesia. Ini adalah bagian dari budaya daerah, tiap-tiap daerah ada dan yang satu ini dari Suku Dayak Bidayuh sangat menarik dan perlu diwariskan dan dipertahankan."
Pastor Baltazar dari Radio Tri Lolok Kupang
"Acara ini sangat bagus, luar biasa. Setelah saya menyaksikan tadi saya sempat bertanya kepada salah satu tetua yang menjelaskan bahwa apa yang dilakukan ini demi pelestarian budaya untuk anak cucu ke depan, menjaga hutan dan rimba yang juga demi lingkungan dan menurut saya ini sangat bagus karena melibatkan banyak orang mulai dari Pontianak dari kota Bengkayang dan tempat-tempat lainnya yang turut serta hadir di sini yang artinya semua mendukung pelestarian budaya, mendukung pelestarian hutan dan rimba di Kalimantan ini."
Sementara itu Markus Dalon Kepala Bidang Pemasaran pariwisata Disporapar Provinsi Kalimantan Barat mengatakan event ini sudah menjadi kalender pariwisata Kalbar.
"Gawai Onu Gawea Soa Jagoi Babang ini memang sudah lama dilaksanakan dan diharapkan bisa mendatangkan turis-turis untuk pengembangan pariwisata Kalimantan Barat minimal targetnya orang-orang dari Malaysia yang memang serumpun dengan suku Dayak Bidayuh yang ada di Jagoi Babang dan event ini memang sudah dikalenderkan dalam event pariwisata Provinsi Kalimantan Barat dengan branding Rimba dan Budaya dimana kegiatan budaya ini dikemas sebaik mungkin supaya mampu menarik turis lokal dan manca negara,"jelasnya.
"Saat ini kita kembangkan event budaya untuk menarik turis kunjungi destinasi wisata yang sampai saat ini punya kelemahan di bidang infrastruktur jalan dan jembatan." tambahnya.
Sekedar diketahui SIGNIS adalah asosiasi para pekerja media Katolik dunia. Signis berasal dari bahasa Latin atau Sign dalam bahasa Inggris, artinya tanda dalam bentuk api. Api menjadi tanda, simbol untuk mewartakan kabar sukacita, kepada masyarakat dan kepada dunia. Jadi api itu harus selalu dibakar dalam diri para pekerja media komunikasi sosial supaya tetap terus bersemangat untuk memberitakan kabar baik, memerangi kabar hoax dan hal-hal negatif lainnya dengan tetap terus bersuara tentang kebenaran dan kebaikan yang bersumber dari Yesus.
Peserta sidang tahunan tahun 2022 ini sebanyak 30 anggota dan rapat tahunan selanjutnya tahun 2023 akan diadakan di Makasar. (Tim)
Editor: Drs. Nico Bohot
Info ini bisa disimak juga di 100,9 FM radio Dermaga Sekadau Kalbar, atau klik link dermagafm.com