Uskup Keuskupan Sanggau |
Sekadau, dermagafm.com - Terkait dengan Perayaan Natal 2024 di Keuskupan Sanggau, Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Valentinus Saeng CP membuat Pesan Natal bagi Umatnya dengan thema Marilah Sekarang Kita Pergi Ke Betlehem.
Berikut adalah Pesan Natal Uskup Keuskupan Sanggau, Mgr Valentinus Saeng CP.
Hari Raya Natal sudah dekat dan hati kita pun bersukacita menyongsongnya. Sukacita itu lahir dari kesadaran dan pengalaman iman kita bahwa Tuhan telah menggenapi janji-Nya untuk mengutus Sang Juruselamat, Immanuel - Allah beserta kita. Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (Yes 7:14; 9:5). Kegenapan tentang kedatangan-Nya diwartakan dengan lantang oleh Malaikat Tuhan: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuhan, di kota Daud (Luk 2:10). Karena itu, para gembalapun berkata, "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem... "(Luk 2: 15b).
Mendengar warta dari Malaikat, para gembala segera berangkat menuju Betlehem untuk mencari kebenaran tentang Kabar Gembira tersebut dan berjumpa dengan Kristus-Tuhan, Sang Juruselamat yang baru dilahirkan. Termyata, Warta Sukacita dari Malaikat bukanlah kabar bohong, bukan pula gosip murahan seperti yang kita jumpai hari-hari ini di media sosial, melainkan berita yang benar dan tepat sehingga dapat dipercaya: Lalu mereka bergegas berangkat menjumpai Maria dan husuf serta bayi yang berbaring di palungan (Luk 2:16).
Tuhan senantiasa bermurah
hati kepada umat-Nya dan segenap manusia dengan memberikan kuasa
pertolongan-Nya sebagai perisai untuk menghadapi godaan, cobaan, kesulitan, permasalahan,
dan penganiayaan serta rahmat, karunia, dan berkat-Nya sebagai wujud kasih dan penyertaan-Nya
dalam perziarahan di dunia ini. Bahkan, sekalipun manusia tidak taat kepada-Nya,
Tuhan selalu setia menunggunya untuk kembali dengan selalu membuka hati
kudus-Nya yang siap mengampuni dan berbela rasa. Tuhan kita adalah Pribadi yang
selalu setia dan kesetiaan adalah jatidiri, hakikat, intisari dari kepribadian
Tuhan: Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat
menyangkal diri-Nya (2 Tim 2:13).
Berbeda dari Tuhan yang selalu setia, jemaat kristiani dan umat manusia selalu ingkar janji dengan Tuhan dan lebih lagi dengan sesamanya. Ingkar janji itu dinyatakan dengan pikiran, tutur kata, sikap dan tingkah laku yang hanya memuja diri sendiri, mengutamakan kesenangan, kepentingan dan ambisi pribadi belaka (egois dan hedonis). Kata dan tindak tanduknya yang egois dan hedonis itu membuatnya menutup mata terhadap kehadiran, keadaan dan kepentingan orang lain. Malahan kehadiran dan narasi yang keluar dari mulutnya sering melukai, menodai dan menyakiti rasa kemanusiaan dan kerobanian daripada membangun, memotivasi dan menginspirasi sesama untuk mewujudkan kebersamaan yang damai, berkeadilan, berbela rasa,dan bersukacita.
Sebagai umat Katolik di Keuskupan Sanggau ini, kita diingatkan sekali lagi akan identitas, jatidiri atau hakikat kita sebagai saudara-saudari Yesus Kristus, sebagai anak-anak dari Bapa surgawi yang satu dan sama itu. Jati diri kita adalah bahwa kita masing-masing tidaklah hidup sendiri-sendiri, tetapi berada dalam satu komunitas gerejawi yang disebut dengan GEREJA KATOLIK ROMA dan menjadi unsur dasar yang tersusun rapi sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota dalam satu tubuh dan satu roh, yaitu Tubuh Mistik Kristus (bdk. Ef4:16). Maka, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, seluruh umat Katolik di Keuskupan Sanggau ini hendaklah berjalan bersama sebagai sebuah persekutuan (communio), terlibat secara aktif dalam pekerjaan baik, berpartisipasi dengan tulus dan tekad bulat dalam tugas pastoral dan pengajaran gereja (participatio),serta dengan semangat berkobar ambil bagian dalam karya misioner gereja dan pewartaan Injil dengan menjadi garam dan terang di mana pun berada, bekerja dan berkarya (missio).
Berjalan bersama sebagai
sebuah persekutuan Keuskupan Sanggau ternyata tidak mudah) Ada banyak orang
yang belum sadar, bahkan belum tahu sama sekali dan yang tak mau tahú akan keharusan
ini. Sebagian besar dari umat Katolik Keuskupan Sanggau mengaku diri sebagai Katolik,
tetapi tidak tahu apa-apa tentang ajaran dan kewajibannya sebagai orang
Katolik. Mereka hanyalah Katolik KTP atau Katolik Natal-Paskah (Napas).|Kelemahan
akut ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti dibaptis saat bayi dan setelah
itu tidak atau belum permah mendapat pengajaran apapun tentang iman Katolik
baik di rumah maupun di sekolah, kekurangan tenaga katekis dan guru agama,
sikap masa bodoh-acuh tak acuh, kurang berpendidikan, dll. Hal lain yang turut
melemahkan upaya berjalan bersama adalah upaya sebagian kecil umat untuk
membenarkan perilakunya yang buruk secara moral dan legal dengan berlindung di
bawah panji budaya, adat istiadat dan kebiasaan, serta membenturkan iman dengan
budaya, seperti kebiasaan GANJUR, mabuk-mabukan dan bermacam hiburan yang tidak
sehat.
Selain kelemahan intermal
umat Katolik Keuskupan Sanggau, kesulitan untuk berjalan bersama sebagai persekutuan
diakibatkan juga oleh godaan dan tantangan yang berasal dari luar. Harus
kita akui bahwa situasi
dan kondisi ekonomi-finansial masyarakat secara umum dan umat Katolik Keuskupan
Sanggau secara khusus masih berada dalam kategori menengah ke bawah. Keinginan
untuk meringankan beban ekonomi keluarga mendorong banyak anak muda, terutama kaum
perempuan, menjadi pekerja di luar negeri. Namun, karena pengetahuan dan keteramipilannya
kurang serta tertipu oleh para calo dan sindikat kriminal, banyak dari para
pekerja ini yang menjadi korban perdagangan manusia. Mereka bukan mendapat gaji yang memadai dan pekerjaan yang dijanjikan, malahan menjadi korban kekerasan baik fisik maupun seksual.
Tantangan lain dalam
berjalan bersama ini adalah propaganda gaya hidup pelahap yang berfoya-foya
(konsurmeris) dan bersenang ria (hedonis) yang dibombardirkan kepada kita oleh
media televisi dan media sosial dengan menjual mimpi menjadi oang kaya. Impian
untuk menjadi orang kaya, sehingga dapat menikmati apa saja dan bepergian
keliling dunia, membuat banyak orang tergoda menempuh jalan pintas, seperti
terlibat dalam aneka macam bentuk perjudian,
terutama kupon putih
(nalo) dan judionline, terjerat pinjaman online (pinjol), tertipu oleh bermacam
perusahaan yang menawarkan bunga tinggi dan oleh biro perjalanan yang menawarkan
ziarah ke luar negeri berbiaya rendah. serta terjebak ke dalam organisasi
kejahatan
dan geng-geng kriminal, semisal geng pengedar narkoba dan pencuri buah sawit. Banyak dari umat kita yang telah menjadi korban dan juga pelaku dari aksi-aksi kriminal tersebut di atas. Mengapa demikian? Bemaçam ragam kasus kejahatan yang menimpa umat Katolik Keuskupan Sanggau bukan hanya karena mereka kurang iman, kurang berpendidikan dan kurang sejahtera. Hal-hal buruk yang terjadi baik dari sisi sebagai pelaku maupun sebagai korban, disebabkan oleh sikap cinta diri yang mendewakan kepentingan sendiri di atas kepentingan sesama. Umat Katolik Keuskupan Sanggaù lebih banyak melakoni hidupya secara sendiri-sendiri daripada berjalan bersama satu sama lain dan lebih diwarnai oleh intrik, praduga, permusuhan atau ala binatang daripada disemangati oleh daya kasih, solider, setia kawan, dan sikap persaingan dan hormat serta penghargaan. Jadi, sikap peduli, peka, setia kawan, tolong-menolong, berbelarasa, dan rasa cinta akan kebenaran dan keadilan tenggelam oleh hiruk pikuk aksi pemujaan diri dan segala keperluannya.
Di tengah segala
permasalahan, kesulitan dan tantangan yang ada, perayaan Natal tahun ini hendak
mengingatkan kita sekalian bahwa kita tidak berjalan sendiri. Tuhan Yesus telah
berjanji bahwa DIA selalu ada bersama kita asalkan kita selalu bersatu padu
sebagai sebuah persekutuan: Di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam
nama-Ku, di situ Aku hadir di tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Karena itu.
perayaan Natal ini hendaklah menumbuhkan, mempererat. memperkuat, dan merekat
kembali semangat kekeluargaan, persaudaraan, kerjasama, saling membantu atau
gotong royong di antara Umat Katolik Keuskupan Sanggau agar kita mampu menghadapi
bemacam ragam kesulitan dan tantangan, menemukan jalan keluar untuk memecahkan
persoalan dan jalan-jalan baru untuk ditempuh menyongsong masa depan.
Di hadapan semua persoalan dan tantangan, perayaan Natal tahun ini bermaksud meneguhkan niat dan tekad kita untuk terus berjalan bersama sebagai peziarah harapan. Hidup boleh sulit. tetapi harapan janganlah padam. Harapan bukanlah cita-cita, sehingga bukan rahasia, melainkan suatu karunia ilahi dan karena itu menjadi sebuah misteri. Kita barus ingat sekali lagi bahwa harapan memiliki makna ilahi. yaitu keutamaan teologal. Titik awal perjalanan, hiruk pikuk perjalanan hidup manusia dan titik akhimya adalah Tuhan Yesus sendiri. Karena itu harapan tidak pernah mengecewakan - Spes non cofiundit (Rm5:5).
Selamat Hari Raya Natal 25
Desember 2024 dan Tahun baru 2025
Tuhan Memberkati Anda Sekalian.
Mgr. Valentinus Saeng CP.
Editor: Penanggung Jawab Radio